Blogroll

| Gabung dalam Komunitas Kami :  

Jam

Arsip Blog

About

Senin, 29 Juli 2013

PENDIDIKAN SEKS DAN ORANG TUA

Apakah pendidikan seks itu perlu?
Pendidikan seks itu perlu, tetapi tidak semata-mata berupa informasi
mengenai pertumbuhan seksualitas dan hal-hal terkait lainnya saja.
Yang juga tak kalah pentingnya adalah bagaimana seks dilihat dalam
kerangka pemahaman yang sejalan dengan nilai-nilai masyarakat
umum. Misalnya dikaitkan dengan norma-norma agama.
Jadi, apa tujuan pendidikan seks?
Tujuan idealnya, adalah agar remaja dapat membangun sikap seksual
yang sehat.
Nah, apa peran orangtua dalam hal ini?
Orang tua berperan memberi informasi yang tepat, karena informasi
seks yang mudah diperoleh di luar rumah, sebagian besar salah dan
menyesatkan. Mau tidak mau orang tua harus mengambil bagian
dalam pendidikan seks untuk memastikan anak remaja mereka dapat
menghadapi rangsangan dari luar dengan cara yang sehat, matang
dan bertanggung jawab.
Apa saja sumber-sumber informasi seksual yang
menyesatkan?
♦ film-film porno yang tersedia dalam kaset video, layar lebar;
♦ panti pijat, mandi sauna dan rumah-rumah pelacuran.
♦ majalah dan komik yang dijual secara sembunyi-sembunyi di
tempat-tempat yang dikenal anak muda.
Mengapa informasi seksual itu begitu menarik
perhatian remaja?
Karena pada dasarnya remaja punya rasa ingin tahu yang sangat
besar.
♦ Pertama, mereka baru saja tertarik pada masalah-masalah
seksual.
♦ Kedua, mereka juga sedang ingin coba-coba karena sedang
mencari jati diri sehingga ingin tahu seberapa jauh
kemampuannya.



Jadi sebelum mereka punya salah pengertian atau terlanjur punya
pandangan yang tidak benar, maka informasi mengenai seks dari
rumah sangat dibutuhkan.
Bagaimana orangtua dapat memberi pendidikan seks
yang tepat di rumah?
Pendidikan seks yang diberikan dengan tepat oleh orang tua kepada
anak remajanya hanya dapat dilakukan bila orang tua dilihat sebagai
sahabat remaja. Awalnya memang tidak mudah. Remaja biasanya
telah punya informasi seks sebelum orang tua mulai berbicara
mengenai pendidikan seks.
Bagaimana cara bicaranya adalah tergantung kebiasaan di rumah.
Sifat anak dan orang tua bermcam-macam sehingga tidak ada satu
cara yang sama yang dapat diterapkan di segala situasi untuk semua
anak di semua lingkungan. Semua tergantung keadaan.
Namun demikian ada satu hal yang pasti diperlukan orang tua untuk
memulai pendidikan seks, yaitu:
♦ kepedulian yang tak pernah putus,
♦ kasih sayang yang ditunjukkan kepada anak,
♦ kesetiakawanan artinya menganggap anak sebagai sahabat
dan orang tua senantiasa bersedia membantu.
Ini berlaku untuk orang tua baik orang tua kandung ataupun pengganti,
juga pembimbing lainnya. Yang terpenting adalah remaja punya
keyakinan dan kepercayaan akan niat baik orang tuanya.
Bagaimana agar niat baik orang tua dapat dirasakan
oleh anak remajanya?
Untuk mendapatkan rasa saling percaya antara orang tua dan remaja
maka penting agar niat baik orang tua dirasakan anak. Agar itu bisa
terjadi maka:
♦ orang tua harus terus menerus mengingatkan diri sendiri untuk
tetap bersikap positif pada anak remajanya;
♦ jangan lengah dan tiba-tiba bersikap tidak peduli;
♦ kalau mungkin, kedua orang tua dapat saling mengingatkan
untuk tetap peduli pada pendapat anak remajanya, dan tetap
menunjukkan kasih sayang bahkan dalam keadaan marah;
♦ serta berusaha melihat masalah juga dari kacamata anak
remajanya.
Hanya saja perlu diingat kepada orang tua bahwa semua tindakan
terhadap anaknya harus tulus. Remaja biasanya sangat sensitif pada
tanda-tanda ketidak tulusan dari orang tuanya. Bila remaja menangkap
hal ini, sedikit atau sekali saja, maka kepercayaannya akan luntur.
Benarkah menjadi orang tua yang tulus itu sangat
sukar?
Tidak selalu. Malah seharusnya, orang tua berpikir usaha untuk tulus
ini sungguh mudah. Bersikap lebih santai, tanpa beban, dan tidak
selalu menuntut akan membantu orang tua agar dapat bersikap lebih
wajar. Usaha yang terlalu keras justru akan membuat orang tua tertekan dan bersikap tidak spontan. Akibatnya orang tua lebih banyak
melarang, mudah tersinggung dan tidak lagi dilihat anak remajanya
sebagai teman.
Bagaimana sebaiknya sikap orang tua agar tidak
merasa terbebani?
1. Mengenali diri sendiri
Biasanya sahabat bisa saling mempengaruhi. Kalau orang tua
menjadi sahabat berarti juga bisa mempengaruhi anaknya. Jadi
penting bagi orang tua untuk mengenali perasaan dan nilai-nilai
dalam diri mengenai apa yang benar dan salah dalam
hubungannya dengan seks. Perasaan dan nilai-nilai ini akan
mempengaruhi anaknya.
2. Mengetahui masalah diri sendiri
Selain mengenal diri sendiri, orang tua juga perlu mengetahui
masalah diri sendiri yang berkaitan dengan seks. Kalau orang tua sudah menyadari masalah seksualitasnya sendiri, diharapkan
orang tua bisa bersikap wajar terhadap informasi mengenai seks.
Ketika orang tua dapat dengan santai membaca atau
membicarakan masalah seks ini dengan anaknya, saat inilah anak
dapat dengan nyaman mendengarkan orang tua tanpa merasa
seperti dalam sidang. Sikap yang wajar akan membantu orang tua
menjelaskan harapan orang tua terhadap anak remajanya
mengenai bagaimana kelak mereka menjadi orang dewasa.
3. Mengenali anak remaja
Orangtua biasanya sudah memiliki pengetahuan ini, tetapi
barangkali tidak cukup memadai. Orang tua anak remaja perlu
lebih seksama mengenali anaknya secara menyeluruh. Terkadang
orang tua sering berkata ”Paling-paling dia maunya ….”, atau “Si
Anu kan orangnya memang begitu!” Padahal belum tentu.
Jangan-jangan reaksi anak hanya karena ia malas mengemukakan
apa yang sebenarnya dirasakan karena tahu orang tuanya tidak
akan mengerti. Kalau remaja sudah mengembangkan sikap yang
tidak “apa adanya” sukar sekali orang tua untuk dapat terlibat
dengan anaknya, akibatnya orang tua menjadi orang terakhir yang
mengetahui masalah anaknya.
Sebaliknya, bila orang tua benar-benar mengenal anak remajanya,akan lebih mudah mengetahui perasaan dan keinginan anaknya,
bahkan jika anak hanya memberi tanda di ekspresi wajah. Orang
tua yang dekat dengan anaknya lebih mudah membantu anak bila
anak menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas.
Bagaimana caranya agar orang tua dapat lebih mengenal anak
remajanya?
Caranya dengan mengenal sisi-sisi pribadi anak satu persatu:
♦ Mengetahui hal-hal yang berkatian dengan pendidikan
anak;
♦ keadaan emosi;
♦ pergaulan;
♦ pandangan moral;
♦ keadaan fisiknya.
Coba ikuti pertanyaan-pertanyaan mengenai anak remajanya di
bawah ini.
• Hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan: Bagaimana
dia di sekolah? Apa pelajaran yang paling disukai? Apa
kelebihan dan kekurangannya di sekolah? Apa
keinginannya dalam meraih jenjang pendidikan. Ingin jadi
apa ia kelak? Apakah ia sudah memikirkan karirnya bila
lulus sekolah?
• Keadaan emosi: Apakah ia merasa menjadi bagian penting
dalam keluarga? Apakah ia merasa menjadi bagian dari
kelompok tertentu, misalnya kelompok “orang pintar”, “geng
rumpi”, kelompok PMR, kelompok teman-teman penggemar
sepeda motor, dan lain-lain? Bagaimana perasaannya akan
dirinya? Apakah merasa nyaman, bangga akan dirinya,
atau selalu cemas dan khawatir? Apa ketakutan ketakutannya, atau kecemasannya? Mana yang paling
terlihat, rasa suka atau tidak suka? Tertarikkah dirinya
kepada lawan jenis?
• Keadaan Fisik: Apakah orang tua ikut memperhatikan
perubahan tubuh anak remajanya? Apakah anak remajanya
bahagia dengan penampilannya sendiri? Bagaimana anak
perempuan menangani masa menstruasinya?
• Pandangan Moral: Apakah pendapatnya mengenai hal-hal
yang seharusnya atau yang tidak boleh sejalan dengan
pandangan orang-orang pada umumnya (masyarakat)?
Misalnya bagaimana pendapat remaja mengenai hubungan
seks sebelum menikah. Keharusan-keharusan apa dalam
masyarakat yang paling sering ia bicarakan?
Biasanya pendapat anak tidak jauh dari pendapat orang
tuanya. Yang perlu ditanamkan kepada anak adalah nilainilai
yang paling mendasar, yaitu kejujuran, dan rasa
hormat serta kepedulian terhadap orang lain. Hal ini perlu
karena pada saat ini biasanya pemikiran mereka masih
terpusat pada dirinya. Jadi masa remaja adalah masa yang
paling tepat untuk mulai belajar keseimbangan antara
kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain atau
orang banyak.
Apa keuntungan orang tua yang dapat mengenali anak
remajanya dengan baik?
Keuntungannya adalah orang tua dapat membimbing anak menjadi
orang yang matang secara pribadi dan punya kepekaan terhadap
lingkungannya. Hanya orang tua yang memahami anaknya yang
dapat menolong anak remajanya mengembangkan rasa percaya
diri, mengembangkan rasa cinta pada sesama manusia dan punya keinginan untuk menolong.
4. Membuat anak remaja merasa nyaman berbicara tentang seks
Kebanyakan orang Indonesia
tidak nyaman membicarakan
masalah seks dengan anak
remaja. Tetapi, dengan
membangun suasana yang
akrab dan dengan pengantar
obrolan yang menarik, orang
tua dapat melakukannya.
Pembicaraan mengeni seks
dengan anak remaja memang
tidak mudah, tetapi orang tua
tidak boleh berputus asa,
karena informasi mengenai
seks dari orang tua sangat
penting pada semua keluarga,
bahkan pada keluarga yang
sudah terbiasa menekankan
sikap yang sopan terhadap
lawan jenis.
5. Menyatu dengan anak-anak
Maksudnya, orang tuanya dapat dengan leluasa berbicara dengan
anaknya kapan saja dan dimana saja. Bila ini sudah menjadi
kebiasaan, suatu saat ketika anak bertanya mengenai sesuatu,
orang tua dapat langsung menangkap adanya “sesuatu” yang
mengganggu anaknya. Terkadang anak mengutarakan
masalahnya tidak hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan
sikap dan ekspresi mereka. Orang tua yang menyatu dengan anak
biasanya lebih peka dan lebih cepat menyadari apa yang dihadapi anak.
6. Memberi contoh yang baik
Anak lebih mudah diajarkan melalui contoh perilaku dari orang tua
dari pada dengan kata-kata. Pengetahuan dan pandangan
mengenai seksualitas biasanya juga mereka peroleh dari
pengamatannya terhadap kehidupan perkawinan orang tuanya.
Jadi, perlu disadari oleh orang tua bahwa setiap ucapan dan sikap
terhadap pasangannya adalah penting bagi anak walaupun tidak
diungkapkan dengan kata-kata. Dengan demikian orang tua harus
tetap mawas diri terus menerus. Perhatikan ucapan, perasaan,
tindakan terhadap pasangan, jangan memberi contoh yang salah.
7. Jangan ragu-ragu
Keragu-raguan orang tua membuat orang tua cenderung
menghindari segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan
seks. Sebenarnya, tidak apa-apa mengakui bahwa orang tua tidak
mengetahui semuanya, dan bahwa orang tua sendiri memiliki
perasaan tidak nyaman tentang seks. Anak remaja justru akan
menghargai orang tuanya yang bersikap apa adanya dari pada
berlagak tahu segalanya, karena remaja biasanya sangat kritis.
Jika orang tua tidak mengetahui terhadap informasi tertentu, justru
diskusikan dengan anak, ajak mereka mencari informasi tersebut
dari buku bacaan yang benar misalnya mencari di perpustakaan
atau menemui petugas yang memang ahli, dokter, bidan, atau
psikolog, dsb.
8. Menjangkau dan dalam jangkauan
Orang tua harus tetap dapat dihubungi anak remajanya kapan saja
dan dimana saja. Yang penting, orang tua selalu siap sedia tetapi tidak terkesan memaksa. Lebih baik orang tua dapat melihat
gelagat anak dari pada setiap kali menanyakan.
Orang tua juga tidak boleh membagi-bagi tanggung jawab
berdasarkan jenis kelamin anak. Kebiasaan seperti anak laki-laki
urusan ayah dan anak perempuan tanggung jawab ibu, tidak
membuka hubungan komunikasi yang baik.
Baik ibu maupun ayah harus biasa berdiskusi dengan anak, serta
menunjukkan sikap positif terhadap perbincangan masalah sekitar
seksualitas. Orang tua perlu menumbuhkan perasaan bebas pada
anak-anak, agar kapan saja mereka dapat mendekati dan
membicarakan segala sesuatu dengan kedua orang tua. Caranya
adalah dengan sikap selalu siap medengarkan.
9. Menggunakan kata-kata yang mudah diterima
Bila orang tua sudah merasa mudah memberi informasi mengenai
seks, berarti orang tua telah merasa nyaman berbicara tentang
seks. Tahap sampai orang tua dapat dengan lancar berbicara
mengenai seks memang tidak terjadi dengan cepat, tetapi karena
orang tua terbiasa membicarakannya sehingga tidak lagi menjadi
topik yang “luar biasa”.
10. Menjawab semua pertanyan secara langsung, jujur dan
sederhana
Remaja tidak akan puas dengan jawaban yang maknanya
bermacam-macam atau penjelasan yang samar-samar. Terkadang
remaja perlu contoh nyata, atau dijelaskan dengan perumpamaan.
11. Bersikap santai
Remaja tidak suka berkomunikasi dengan orang tua yang bersikap
menggurui. Mereka lebih suka berbicara dengan orang yang dapat diperlakukan sebagai teman, seorang yang terbuka, bersedia
mendengarkan, dan tidak mudah tersinggung.
Mengajak anak berbicara mengenai seks secara tiba-tiba biasanya
membuat anak tidak nyaman. Sebaiknya mulai berbicara dengan
cara yang santai, seperti ngobrol-ngobrol waktu makan malam.
Begitu suasana diskusi mengenai seks berjalan dengan lancar,
orang tua dapat mulai menanamkan nilai-nilai mengenai seks. Apa
yang boleh dan apa yang tidak boleh.

PIKKRR Kab. Tuban 2010

Kangen rek dengan temen2 waktu dulu ..............
Pelatihan PIKKRR Kab. Tuban 2010








Selasa, 29 Mei 2012

Keremajaan

Penting gag yaa…. Masa depan itu dalam remaja nie?
Haaa haaa jawabannya mudah, iya karna Dalam masa remaja banyak PELUANG dan TANTANGA yang harus di hadapi dan di selesaikan sendiri dan kita juga yang merasakan hasilnya, bukan orang tua kita. Kalau kita rajin dan pintar, kita yang akan mendapat angka tinggi di sekolah, bukan orang tua kita, kalau kita makan dan hidup baik, kita sendiri yang sehat, bukan orang tua, jadi intinya kalu perilaku kita positif, kita sendiri yang menikmati hasil positifnya.
Begitu jga sebaliknya kalau kita malas belajar maka kita sendiri yang tidak naik kelas atau tidak lulus sekolah, bukan orang tua. Jadi intinya kalau perilaku kita negative kita sendiri yag akan menikmai hasil negative.
Kalau kita berhasil menjalani peluang peluang positif dan berhasil mengatasi tantangan tantangan negative, maka kita bisa bangga pada diri kita sendiri, bukan hanya bangga kita juga akan mendapat banyak manfaat untuk masa depan kita.
Contohnya : berhasil lulus sekolah, berhasil menjadi olah ragawan, penyanyi Dll. Kalau begini masa depan jadi cerah dan begitu pula sebaliknya.

Sekarang saya mengerti bahwa PELUANG dan TANTANGAN, Perilaku positif dan negatif itu berpengaruh pada masa depan kita apa yang harus saya lakukan agar masa depa saya cerah dan sayabisa jadi orang dewasa yang sehat dan berhasil?

Selasa, 08 November 2011

Kekerasan Dalam Bercinta

Kekerasan Dalam Bercinta Siapa bilang dalam pacaran tidak terjadi kekerasan? Segala bentuk tindakan yang mempunyai unsur pemaksaan, tekanan, perusakan, dan pelecehan fisik maupun psikologis dalam hubungan pacaran itulah kekerasan dalam pacaran. Meski bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan, fakta menunjukkan bahwa perempuanlah yang lebih sering menjadi korban. Banyak orang tak menyadari adanya kekerasan dalam pacaran. Istilah cinta itu buta benar-benar berperan di dalamnya. Ketika seseorang sedang dimabuk cinta, ia akan menganggap bahwa si pacar adalah segalanya. Ia rela melakukan apa pun demi si pacar. Bahkan ia juga rela diperlakukan kasar. Ini persepsi yang salah. Yang namanya cinta tidak ada unsur kekerasan di dalamnya. Bukankah cinta itu seharusnya lemah lembut, sabar, rendah hati, dan penuh kasih? BENTUK KEKERASAN Kekerasan dalam pacaran bisa dibagi dalam tiga bentuk. Yang pertama kekerasan fisik, misalnya memukul, menendang, menjambak rambut, mendorong, menampar, menonjok, mencekik, menganiaya bagian tubuh, menyundut dengan rokok, atau memaksa ke tempat yang membahayakan keselamatan kita. Jangan didiamkan saja, jika ini terjadi pada Anda. Di Indonesia banyak kasus kekerasan dalam pacaran yang awalnya berupa penganiayaan fisik, tapi lalu berakhir tragis dengan pembunuhan. Yang kedua, kekerasan seksual. Bentuknya bisa berupa rabaan, ciuman, sentuhan yang tidak kita kehendaki, pelecehan seksual, paksaan untuk melakukan hubungan seks dengan beribu satu alasan tanpa persetujuan kita. Yang ketiga kekerasan emosional. Ini berupa ancaman, tekanan, cacian, menjadikan kita bahan olok-olok dan tertawaan, memberi julukan yang bikin sakit hati, cemburu berlebihan, melarang dan membatasi aktifitas, membatasi pergaulan, larangan bertegur sapa dengan orang lain dan pemerasan. Bentuk kekerasan ini banyak terjadi. Namun, kita sering tak menyadarinya. Untuk Anda ketahui, biasanya kekerasan emosional berdampak pada munculnya perasaan tertekan, tidak bebas dan tidak nyaman pada korbannya. JURUS MENGHINDARI KEKERASAN Jika kekerasan dalam pacaran terjadi pada kita atau sahabat, kita bisa kok menghentikannya. Semua bisa dilakukan asal ada kemauan. Kita berhak menolak apa yang kita rasa tidak nyaman. Caranya: 1. Berani Berkata “Tidak!” Semua hal dapat terjadi jika kita membiarkannya. Putuskan apa yang kita inginkan dan tidak kita inginkan. Komunikasikan perasaan, pikiran, dan keyakinan kita pada pacar. Jika ada perasaan tidak nyaman, komunikasikan secara terbuka dan jujur. Beri penjelasan kenapa Anda menolaknya. Ingat, kalau pacar memang cinta tentu dia akan melindungi orang yang dicintainya dari kerusakan. Katakan ”tidak” sebelum terjadi yang tidak dinginkan. 2. Hargai Tubuh Kita Dengan keyakinan bahwa tubuh kita berharga, jangan biarkan apa pun yang tidak kita kehendaki terjadi padanya. Ketika tubuh mulai dieksploitasi untuk pertama kali, maka akan ada yang kedua, ketiga dan mungkin tidak akan berhenti. Tunjukkan pada pacar bahwa kita sangat menghargai tubuh kita. Kalau dia benar-benar mencintai Anda, dia pun akan belajar memahaminya. 3. Tekankan Makna Pacaran Jangan takut untuk mendefinisikan makna pacaran dan bagaimana hubungan akan dibina ketika pacar mulai meminta sesuatu yang tidak Anda kehendaki. Pacaran merupakan keputusan sadar dengan penuh pertimbangan dan itikad baik antara dua pihak. Pacaran melibatkan aspek emosi, keyakinan, sosial dan budaya. Ada unsur pembelajaran, penghargaan, penghormatan, dan komunikasi dalam pacaran. 4. Menjadi diri sendiri Jangan mulai membiarkan kekerasan menimpa kita hanya karena ingin menyenangkan pacar. Belajarlah menjadi diri sendiri. Selama sikap dan perbuatan kita positif, pertahankan. Peran kita lebih banyak dibentuk oleh pola pengasuhan yang dipengaruhi budaya, untuk mengubahnya kita juga harus mulai dengan proses pembelajaran baru. Jadi bersiaplah untuk belajar. 5. Cari dukungan Karena kekerasan dalam pacaran juga dipengaruhi oleh aspek budaya, untuk mengubahnya juga harus dilakukan bersama-sama. Cari dukungan, kalau perlu buat komunitas antikekerasan.Ungkapkan dan kampanyekan pikiran kita, cari teman yang sependapat.